Kita di sekolah biasanya memiliki banyak pilihan kegiatan ekstrakurikuler. Pustakawan Mendunia pernah melaksanakan Klub Perpustakaan (Library Club) di Timika, Papua dan itu sukses. Banyak siswa yang gemar membaca dan menanti-nanti waktu pelaksanaan ekstrakurikuler Klub Perpustakaan. Lantas, bagaimana dengan konteks Klub Perpustakaan di sekolah internasional?
Baca juga: Serunya Klub Perpustakaan Kita
Tidakkah Pustakawan Mendunia akan melaksanakannya kembali? Work culture di sekolah internasional sangat berbeda dengan sekolah tempat Pustakawan Mendunia sebelumnya. Di Papua, segala ide kita sangat diapresiasi dan didukung penuh. Apa yang Pustakawan Mendunia butuhkan untuk menjalankan berbagai program literasi dan kreatif, semua segera mendapat persetujuan dari pimpinan sekolah. Di sekolah internasional, keadaannya lebih tricky, dan kembali melihat tipe leadership atasan kita. Pustakawan Mendunia belajar, bahwa achievement yang pernah berhasil Pustakawan Mendunia lakukan selama 5 tahun di Papua dianggap nothing. Pustakawan Mendunia lebih memilih untuk stay alert, namun lebih tenang dan tidak banyak berinisiatif.
Sampai akhirnya, atasan sendiri yang meminta Pustakawan Mendunia untuk menjalankan Klub Perpustakaan sebagai pilihan ekstrakurikuler di SD. Di dalam hati, tentu saja Pustakawan Mendunia tersenyum, karena Pustakawan Mendunia mengetahui bahwa ini adalah sesuatu yang bisa dilakukan dan akan punya peminat anak sekolah kami yang gemar membaca. Bedanya kali ini, Pustakawan Mendunia wajib mempertimbangkan konteks: siapa siswa kami di sekolah internasional. Karena working language di sekolah adalah Bahasa Inggris, buku-buku yang akan dibahas dalam Klub Perpustakaan tentu saja berbahasa Inggris.
Berikut ada empat hal yang Pegiat Literasi bisa siapkan untuk melaksanakan Klub Perpustakaan di sekolah internasional:
- Menyiapkan Jurnal Klub Perpustakaan
- Merekomendasikan Penulis Mancanegara
- Bergantian Berbagi Cerita tentang Buku yang Dibaca
- Menonton Video Interview Sang Penulis
1. Menyiapkan Jurnal Klub Perpustakaan
Pustakawan Mendunia menyiapkan jurnal / buku catatan mengenai buku-buku apa saja yang dibaca anak-anak, dan apa refleksi mereka. Jurnal itu didesain sendiri oleh Pustakawan Mendunia, dengan catatan tanggal-tanggal pertemuan selama satu semester. Ada 8 orang anak yang mendaftar ikut Klub Perpustakaan di sekolah kami.
2. Merekomendasikan Penulis Buku Mancanegara,
Memang working language kami di sekolah adalah Bahasa Inggris. Tapi Pustakawan Mendunia berpikir, bahwa Klub Perpustakaan di sekolah internasional akan berbeda konteks dengan di Papua. Jika dulu di Papua kami mulai dari membaca buku-buku cerita rakyat Papua, Pustakawan Mendunia berpikir akan sangat baik jika anak-anak di Klub Perpustakaan di sekolah internasional mengenal buku-buku yang ‘terdekat’ dengan mereka. Paling tidak mereka bisa mengenal penulis buku yang kewarganegaraannya atau asal negaranya sama.
Anak-anak di Klub Perpustakaan kami ada yang berasal dari Kanada, India, dan Indonesia. Oleh karena itu, Pustakawan Mendunia melakukan riset terlebih dahulu siapa saja penulis buku anak yang berasal dari negara-negara tersebut, dan tentu saja yang kami punya buku-bukunya di perpustakaan. Buku-buku itu kemudian Pustakawan Mendunia rekomendasikan kepada anak-anak. Terbukti, anak-anak sangat tertarik ingin mengenal lagi penulis buku yang berasal dari negara yang sama dengan mereka, tanpa paksaan, mereka dengan senang hati memilih buku rekomendasi dari Pustakawan Mendunia. Untuk penulis buku dari Kanada, Pustakawan Mendunia menyarankan Robert Muncsh, dan Sudha Murti sebagai penulis buku dari India. Tentu saja, ini berdasarkan buku-buku yang memang ada di perpustakaan.
3. Bergantian Berbagi Cerita tentang Buku yang Dibaca
Setelah anak-anak memilih buku yang mereka baca dan membacanya, mereka pun mengambil nomor undian siapa yang akan berbagi cerita di depan teman-teman yang lain. Setelah berbagi cerita, mereka akan menuliskan refleksi mereka di buku catatan Klub Perpustakaan.
4. Menonton Video Interview Sang Penulis
Setelah berdiskusi mengenai buku yang mereka baca, Pustakawan Mendunia mengajak untuk menonton video mengenai sang penulis buku. Sangat menarik, bahwa selama ini mungkin anak-anak hanya mengenal penulis buku mainstream seperti Roald Dahl, Charles Dickens, Dr Seuss atau beberapa judul favorit seperti series Dork Diaries, The Wimpy Kids. Melalui Klub Perpustakaan, anak-anak bisa mengenal bahwa masih banyak penulis buku lainnya, dan para penulis tersebut adalah seseorang yang ‘dekat’ dengan konteks latar belakang budaya anak-anak.
Video yang ditonton bisa merupakan video pendek yang menjelaskan siapa si penulis, atau pun interview singkat mereka. Kegiatan mengapresiasi penulis buku adalah hal yang sangat baik untuk dilakukan sedini mungkin. Anak belajar untuk mengapresiasi karya, dan suatu hari mereka pun bisa berkarya menulis buku mereka sendiri.
Selamat mencoba membuat Klub Perpustakaan di sekolah internasional!