Kindle, Kobo, atau Nook, pilih mana? Mungkin ada Pegiat Literasi yang pernah mendengar ketiga nama ini atau justru baru kali ini tahu? Seperti yang pernah Pustakawan Mendunia bahas di post kami yang sebelumnya (Baca: 6 Aplikasi Ebook Reader Terbaik), terdapat 3 brand yang bukan hanya mengeluarkan aplikasinya tapi juga sepaket dengan gadget / devicenya.
Ekosistem teknologi pembaca ebook ini saling terkait, yaitu antara alat pembacanya, aplikasinya, dan tentu pasar tempat Pegiat Literasi akan melakukan pembelian ebook. Ini bisnis yang menguntungkan, dan sebisa mungkin dipertahankan ciri khasnya antara satu merek dengan merek yang lain. Jadi, Kindle, Kobo, dan Nook masing-masing punya kekuatan dan hal-hal tertentu yang bisa dijadikan pertimbangan Pegiat Literasi sebelum berbelanja.
Yang Pertama dan Paling Inovatif
Awalnya Kindle
Semua dimulai saat Jeff Bezos pendiri Amazon menjual buku tercetak lewat platform Amazon pada tahun 1995. Penjualan mereka laris manis luar biasa. Namun, inovasi yang dilakukan Amazon tidak berhenti sampai di situ dan akhirnya mengeluarkan Kindle 1 pada tahun 2007.
Penjualannya Kindle 1 luar biasa bahkan sampai sold out dan yang mau membeli Kindle saat itu harus menunggu 2-3 bulan. Apa inovasi baru yang dilakukan Amazon? Konsepnya adalah mengeluarkan tablet untuk membaca buku digital / buku elektronik, dan menggunakan teknologi yang bernama e-ink.
E-ink membuat teks yang ada pada layar Kindle menjadi adem untuk dibaca. Sensasi membaca Kindle rasanya seperti membaca sebuah kertas tercetak. Penggunaan e-ink berefek semua text yang ada pada Kindle device menjadi hitam-putih. Jadi, Pegiat Literasi tidak akan menemukan ada teks atau ilustrasi berwarna pada Kindle device.
Terus, memangnya masih ada yang mau beli barang ini sekalipun tidak layarnya tidak berwarna? Oh, tentu masih banyak penggemar Kindle. Orang yang suka membaca buku, mereka kuat untuk memegang device / ebook readernya lebih dari 2 jam. Mereka membutuhkan sebuah device yang ringan, tidak membuat mata lelah atau menambah minus mata, dan tentu yang tidak merepotkan untuk selalu terus dicharge. Kindle menjawab semua kebutuhan pembaca buku elektronik, dan menggoda pencinta buku tercetak untuk beralih ke Kindle, dengan menawarkan harga buku online di Amazon yang jauh lebih murah daripada yang tercetak. (Baca juga: Lupa Diri Berbelanja Ebook di Amazon Kindle)
Kindle Saat Ini
Sejak tahun 2007 sampai saat ini, sudah ada 10 generasi Kindle, termasuk Kindle khusus edisi anak-anak yang baru saja diluncurkan pada tahun 2019. Amazon menjual dua versi Kindle, yaitu yang dengan iklan atau tanpa iklan. Kindle yang tanpa iklan harganya akan sedikit lebih mahal daripada yang dengan iklan.
Layanan purna jual Kindle sangat mapan, karena mereka adalah yang pertama memulai bisnis ebook reader device ini. Dan satu-satunya yang sudah terkoneksi dengan Goodreads (social media khusus untuk penikmat buku). Untuk menjaga ekslusivitasnya, format buku digital yang dapat dibaca oleh Kindle hanya available pada format azm dan PDF, TXT, HTML, RTF, Mobi, PRC. Apakah bisa Pegiat Literasi membaca ebook pada format lain seperti ePub? Bisa, asalkan file tersebut dikonversi ke bentuk Mobi terlebih dahulu.
Bagi Pegiat Literasi yang ingin membaca tanpa merasa ‘bersalah’ (karena membaca buku elektronik bajakan), menyukai inovasi, dan ingin merasa nyaman dan aman dengan layanan purna jualnya, Kindle merupakan pilihan terbaik.
Yang Bisa Membaca (Hampir) Semua Format Ebook dan Ada Memori Eksternal
Kobo adalah nama anagram dari “book” alias buku dan berasal dari perusahaan penerbitan dan toko buku di Kanada, Indigo Books & Music Inc. Barulah pada tahun 2011, Kobo dibeli oleh perusahaan belanja online dari Jepang, yaitu Rakuten.
Sama seperti Kindle, ia menggunakan e-ink. Oleh karena itu layar tampilan Kobo juga berwarna hitam-putih, dan terakhir Kobo juga mengeluarkan varian tab-nya. Pembelian ebook akan langsung terkoneksi dengan Rakuten. Jadi ujung-ujungnya Pegiat Literasi bisa semakin rajin berbelanja ebook lagi.
Menurut Pustakawan Mendunia, Kobo adalah pilihan terbaik sebagai ebook reader device yang bisa membaca semua format ebook, kecuali .mobi tentunya (format ebooknya Kindle). Untuk transfer datanya, juga terdapat pilihan untuk membeli Kobo yang memiliki slot external memory card. Jadi, Pegiat Literasi bisa mengopi semua file e-book yang dibutuhkan ke dalam memory card, dan dipindahkan ke dalam Kobo.
Jika Pegiat Literasi ingin membeli Kobo, lebih baik beli di Jepang langsung. Karena harga konversinya setelah di Indonesia menjadi sangat mahal dibandingkan membeli langsung di Jepang.
Yang Bisa Membaca Ebook Berwarna dan Memperoleh Pinjaman Ebook Gratis
Nook mulai dijual oleh Penerbit Buku Barnes & Noble dari Amerika Serikat pada tahun 2009. Nook hadir sebagai e-book reader device yang memberikan pilihan : layar tampilan yang berwarna. Sampai kemudian Nook juga mengeluarkan produk tab (tablet) seperti Kobo.
Nook juga banyak memberikan fasilitas menggoda. Misalnya, akses bebas selama satu jam membaca setiap hari bagi pengguna Nook yang berkunjung ke Toko Buku Barnes & Noble. Juga pilihan untuk meminjamkan ebook yang kita punya kepada teman yang memiliki akun keanggotaan Barnes & Noble.
Sayangnya, keberadaan Nook ini gonjang-ganjing. Pernah sahamnya dibeli Microsoft kemudian dibeli kembali Barnes & Noble. Pernah pula unit Nook dijual di Inggris, tapi dibatalkan. Sehingga pembeli Nook bisa jadi harap-harap cemas kira-kira ini device ini masih berumur panjang atau tidak di pasaran? Dan tentu kelemahan lain dari Nook adalah, tidak ada Toko Buku Barnes & Noble di Indonesia.
Jadi, Kindle, Kobo, atau Nook, Pilih Yang Mana?
Pilihlah ekosistem teknologi pembaca ebook yang sesuai dengan kebutuhan Pegiat Literasi. Rekomendasi Pustakawan Mendunia adalah Kindle, khususnya untuk Pegiat Literasi yang ingin membeli ebook orisinil. Masih bisa banyak Pegiat Literasi jumpai marketplace (online) yang menjual Kindle dengan berbagai pilihan.
Kobo menjadi pilihan nomor dua, khususnya untuk Pegiat Literasi yang lebih banyak memilih untuk copy file ebook dari komputer. Lebih mudah dan tidak seribet Kindle untuk transfer datanya, yang masih perlu konversi ebook kita dalam format .mobi. Tapi mungkin tidak banyak yang menjual Kobo di Indonesia, dan harganya di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan membeli langsung di Jepang.
Jadi, Kindle, Kobo, atau Nook, pilih yang mana? Apapun ebook reader device yang Pegiat Literasi pilih, mari tetap kita teruskan semangat gemar membaca. Pustakawan Mendunia adalah pustakawan yang membaca (Baca juga: Pustakawan Membaca)