Apakah menjadi seorang Pustakawan adalah sebuah panggilan hidup?
Waktu pertama kali Pustakawan Mendunia mantap menentukan pilihan jurusan Ilmu Perpustakaan sebagai pilihan pertama di Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), modalnya hanya satu: kesukaan membaca. Pergi ke perpustakaan merupakan hal yang sudah dilakukan dari SD, dan membaca buku (konon katanya) sudah dilakukan sejak masih di dalam kandungan.
Waktu berkuliah pun saat itu, Pustakawan Mendunia belum tahu sama sekali, apalagi menyasar profesi Pustakawan Sekolah. Fokus kuliah saat itu adalah untuk bersenang-senang. Senang belajar dan mengeksplorasi berbagai kesempatan untuk melakukan banyak ketertarikan dan hobi. Wajarlah saat di kampus dulu, Pustakawan Mendunia sudah memiliki berbagai macam kegiatan di luar kuliah, misalnya kerja magang, UKM majalah kampus, klub kajian, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan kegiatan pengembangan masyarakat.
Tidak disangka bahwa berbagai macam kegiatan yang dilakukan Pustakawan Mendunia dari masa kuliah, ternyata mengasah soft skill , kemampuan komunikasi, menulis, desain dan tata letak media, berpikir kritis, dan menumbuhkan jiwa peduli kepada sesama. Bekal ilmu mahal yang tidak dipelajari di kelas inilah yang di kemudian hari sangat membantu Pustakawan Mendunia di dalam pekerjaan dan proyek kreatifnya.
Namun, ternyata tidak semua mahasiswa Ilmu Perpustakaan memiliki cerita yang sama dengan Pustakawan Mendunia. Banyak mahasiswa yang ‘tercebur’ masuk di jurusan ini. Mungkin hanya karena disuruh orang tuanya atau hanya karena alasan semacam, yang penting masuk kampus negeri. Hal ini semakin terlihat ketika lulusan Ilmu Perpustakaan sulit untuk mengakui bahwa dia adalah alumni jurusan yang seksi ini. Pustakawan yang malu terhadap profesinya, lantas di mana masa depan jurusan ini? Ini kenyataan getir yang mungkin banyak alumni enggan mengakui.
Sangat kontras, justru ketika Pustakawan Mendunia bergaul dengan teman-teman dari negara lain yang mengapresiasi ketika tahu bahwa kami adalah lulusan Ilmu Perpustakaan dan bekerja sebagai Pustakawan. Dalam beberapa kesempatan justru beberapa memuji, “That’s a very cool job!“
Di dalam Career Talk IMASIP UI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia), Pustakawan Mendunia secara terus terang mengemukakan fenomena ini dan menantang mindset adik-adik mahasiswa yang hadir: “Is this what I really really want?” Apakah ini adalah hal yang saya benar-benar inginkan?
Pustakawan Mendunia juga berbagi tips cara menulis CV, melewati sesi wawancara kerja, dan bagaimana mindset Pustakawan Mendunia membawa kita maju terdepan di dalam karier dan berdampak positif untuk masyarakat sekitar. Sesi tanya jawab terasa sangat hangat dan akrab, bahkan waktu 30 menit tidaklah cukup.
Terima kasih untuk undangan adik-adik IMASIP UI. Senang sekali bisa kembali berjumpa dengan adik-adik penerus obor Pustakawan Mendunia di masa depan. Semoga ilmu yang dibagikan bisa bermanfaat.
buat saya profesi pustakawan emang cool
Tetap semangat!