Akhirnya masuk di hari pertama masuk sekolah di masa pandemi korona, Covid-19! Tidakkah merupakan suatu tantangan bagi Pegiat Literasi, apa yang dapat kita lakukan untuk tetap mempromosikan bahwa membaca itu menyenangkan sekalipun di masa sulit pandemi ini? (Baca juga: 4 Cara Perpustakaan Melawan Virus Korona di Sekolah)
Kesiapan Fasilitas dan Infrastruktur
Tidak dapat dipungkiri bahwa fasilitas dan infrastruktur yang memadai akan sangat membantu dalam melaksanakan program Pegiat Literasi. Pembelajaran melalui Whatsapp saja tidak cukup, karena terbatas dengan jumlah peserta dan kegiatan interaktif yang dapat Pegiat Literasi lakukan melalui Whatsapp.
Jika pada tulisan sebelumnya (Baca juga: 3 Tips Jitu Persiapan Pembelajaran Jarak Jauh) Pustakawan Mendunia hanya menuliskan perihal pembelajaran jarak jauh secara umum, kali ini tulisan ini lebih akan membahas apa yang persisnya dapat Perpustakaan lakukan di masa pandemi ini dan pada sesi hari pertama masuk sekolah di masa pandemi korona.
Kesiapan Sistem Automasi Perpustakaan & Penyesuaian Regulasi Perpustakaan
Bersyukurlah jika selama ini Pegiat Literasi sudah melakukan manajemen perpustakaan menggunakan sistem automasi perpustakaan. Ada yang menggunakan sistem automasi perpustakaan berbayar (subscription), ada pula yang gratis seperti Senayan Library Management System (SLiMS). Sistem automasi perpustakaan ini sudah cukup sebagai modal pertama Pegiat Literasi dalam mengelola koleksi perpustakaan dan layanan sirkulasi (pinjam dan mengembalikan) buku.
Saat ini, keadaan pandemi korona memaksa pembelajaran dilaksanakan dalam sebuah jarak. Lantas bagaimana cara Perpustakaan mengatasi perihal jarak ini? Pasanglah pangkalan data perpustakaan Pegiat Literasi secara online. Taruhlah katalog / pencarian buku perpustakaan di website sekolah atau sebuah (host) website jika memang sekolah belum punya website.
Harapan Pustakawan Mendunia, dengan menyiapkan sistem pencarian koleksi perpustakaan secara online, maka anak-anak dapat mencari sendiri buku apa yang mereka lakukan dan reserve (memesan) koleksi perpustakaan yang mereka butuhkan. Selanjutnya, sistem sirkulasi (pinjam dan mengembalikan) dapat mengikuti arahan pimpinan, apakah anak-anak akan mengambil sendiri buku mereka atau menggunakan jasa delivery (antar jemput).
Kemudian, dapat disesuaikan masa durasi peminjaman. Jika sebelumnya hanya bisa meminjam 2 buku dalam seminggu apakah perlu dibuat penyesuaian untuk efesiensi delivery koleksi perpustakaan. Apakah durasinya diperpanjang menjadi 2 minggu sekali atau jumlah peminjaman buku perpustakaan dapat diperbanyak?
Jika segala penyesuaian dan dukungan dari pimpinan sudah diperoleh, Pegiat Literasi dapat memberikan sosialisasi regulasi (aturan) baru perpustakaan di masa pandemi korona ini. (Baca juga: Sosialisasi (Kembali) Peraturan Perpustakaan Kita di Awal Tahun 2020)
Sesi (Jumpa) Pertama dengan Siswa
Seperti peribahasa yang ada di Indonesia, kita biasa bilang, “Tak Kenal Maka Tak Sayang.” Sesi pertama ini sangat penting dan akan membawa mood (nuansa) apa yang Pustakawan Mendunia bawa dan asosiasikan kepada anak-anak ketika kata “Perpustakaan” atau “Library” disebut.
Jadi, bukan zamannya lagi Pustakawan muncul dengan imaji cerewet, banyak peraturan, kaku dan tidak bersahabat. Pustakawan Mendunia sebagai seorang pustakawan yang memiliki passion (semangat) gemar membaca sejak kecil, sangat memahami sekali sosok seorang pustakawan ideal.
Passion adalah sebuah semangat yang tidak bisa dibuat-buat. Passion muncul dari dalam diri dan pancaran semangatnya menular kepada orang-orang di sekitar. Maka, passion gemar membaca inilah yang selalu Pustakawan Mendunia bawa saat berjumpa dengan siapa saja, termasuk kepada anak-anak yang kami jumpai, terlebih secara profesional memang kita didik.
Pandemi Covid-19 membawa sebuah tantangan bagi Pustakawan Mendunia. Apakah Pustakawan Mendunia hanya akan berpuas diri untuk hadir dengan jarak (online) dan hanya tampil begitu saja pada sesi online tanpa sebuah usaha lebih? Passion mampu menembus batas dan akan memampukan Pustakawan Mendunia menjadi kreatif dan mengoptimalkan apa yang kami punya.
Pustakawan Mendunia berpikir sangatlah penting untuk membawa kembali passion gemar membaca kepada anak-anak di sesi / pertemuan pertama dengan siswa. Pustakawan Mendunia perlu sedikit narsis dan mengingatkan kembali kepada anak-anak betapa menyenangkannya membaca dan banyak hal yang sudah kita raih dan lakukan bersama perpustakaan. Untuk mencapai pesan ini, tidak cukup Pustakawan Mendunia hanya berbicara ngalor-ngidul selama 30 menit. Pustakawan Mendunia kemudian membuat sebuah video pendek berdurasi sekitar 2 menit (tapi untuk membuatnya butuh kira-kira 2 jam) dan mengingatkan kembali memori indah anak-anak dengan perpustakaan.
Siap Siaga terhadap Kebutuhan Informasi Anak
Selama pembelajaran dengan jarak dan melalui media online dalam 3 bulan terakhir, membawa sebuah Pustakawan Mendunia ke dalam sebuah refleksi. Sampai kapan pembelajaran berjarak ini akan berlangsung? Tentu saja tidak ada yang bisa memberi kepastian atau prediksi tepat. Maka, secara jangka panjang, besar kemungkinan anak-anak akan merasa jenuh.
Keberadaan sesi perpustakaan (library session) dalam jadwal pembelajaran di sekolah merupakan sebuah privilege (keistimewaan) yang ‘mahal’ harganya. Sesi perpustakaan ini merupakan kesempatan bagi Pustakawan Mendunia tidak hanya menebarkan passion gemar membaca tapi menjadi sarana untuk mengetahui trend kebutuhan informasi anak-anak.
Buku atau bahan bacaan apa yang anak-anak gemari, apa yang mereka rindukan di perpustakaan dan sekolah, apakah mereka merasa jenuh dalam pembelajaran berjarak selama ini, topik / interest apa yang menjadi perhatian anak-anak, dan dari sana Pustakawan Mendunia dapat mengarahkan minat mereka melalui bahan bacaan baik yang tercetak dan online (daring) yang sesuai dan aman untuk anak-anak.
Tentu guideline (panduan) ini perlu disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan berkoordinasi dengan Koordinator Kurikulum. Sesi perpustakaan sesungguhnya menjadi oase anak-anak bisa sebentar menarik nafas dan recharge di tengah jadwal padat belajar mereka.
“Nothing Can’t Stop Us from Learning, not even Corona.”
Anak-anak adalah manusia yang berpikir dan sesungguhnya mereka bisa berpikir kritis, hanya saja secara fisik mereka masih kecil. Apakah Pegiat Literasi bisa menempatkan diri dalam perspektif anak di masa pandemi ini? Bagaimana rasanya belajar hanya dari rumah, dan kegiatan keseharian kita hanya di rumah, tidak berjumpa dengan teman-teman (manusia lain) sedangkan orang tua sibuk bekerja?
Mereka bisa jadi khawatir dan bingung dengan situasi di luar sana. Yang mereka tahu, belum ada obat dan vaksin untuk korona. Di tengah situasi dan carut-marut ini, mereka ‘harus’ sekolah. Berusahalah memahami bahwa ‘pergi’ ke sekolah setiap harinya tidaklah mudah untuk anak-anak.
Oleh karena itu, sebisa mungkin, mindset Pustakawan Mendunia ketika berjumpa dengan anak-anak yang terutama adalah memberikan semangat, bahwa pembelajaran kita tetap akan terlaksana, apapun yang terjadi. “Nothing can’t stop us from learning, not even Corona.” Ini pesan yang Pustakawan Mendunia sampaikan kepada anak-anak sebelum menutup sesi hari pertama masuk sekolah di pandemi korona.
Ini bukan omongan pepesan kosong dan hanya berupa lip service untuk menyenangkan hati mereka yang mendengarkan. Pustakawan Mendunia memiliki prinsip untuk walk the talk. Kami melakukan apa yang kami katakan. Tentu kalimat ini akan menjadi powerless (kurang berdampak) jika yang mengatakannya tidak memiliki spirit (semangat) yang sama.
Tetap semangat Pegiat Literasi, kita pasti bisa. Tetap mengusahakan yang terbaik, jadilah kreatif, selalu buka upaya komunikasi dengan warga sekolah lainnya, pimpinan kita, dan sesama Pegiat Literasi lainnya. Selalu belajar dari yang terbaik dan mengupayakan yang terbaik dari diri kita. Learn from the best and set your standard higher. Selalu update diri menjadi Pustakawan Zaman Now, Pustakawan Mendunia.