Kata diagnosis kerap kita temukan dałam bidang kesehatan. Ternyata diagnosis penyakit juga bisa kita temukan di perpustakaan. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit perpustakaan kita? Tentu ada bedanya mereka Pustakawan yang baru mulai berkarier sebagai Pustakawan, dengan mereka yang sudah malang-melintang dan memiliki pengalaman bekerja di track atau jalur yang sama selama 10 tahun. Baru-baru ini Pustakawan Mendunia pindah bekerja di sebuah sekolah di Jakarta dan segera bisa menemukan apa saja ‘penyakit’ perpustakaan ini. (Baca juga: 5 Tips Sukses Bekerja Pertama Kali Menjadi Pustakawan)
Namun, sekadar pintar dan punya pengalaman tidaklah berarti apa-apa, jika lini pekerjaan kita tidak didukung oleh pimpinan (Baca juga: 8 Tips Memulai Perpustakaan dari Nol). Oleh karena itu, faktor memiliki pimpinan yang mendukung merupakan sumber kekuatan pertama seorang pustakawan. Untuk mencapai tujuan terlaksananya program perpustakaan, Pustakawan wajib memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni.
Pemetaan atau diagnosis ‘penyakit’ perpustakaan ini sangat penting, terlebih untuk pustakawan yang bukan merintis perpustakaan baru. Syukur-syukur jika kita memperoleh tempat kerja yang sudah dikelola dengan sangat baik oleh pustakawan sebelumnya. Yang repot, biasanya justru kita mendapat perpustakaan ‘lungsuran’ dari pengelola sebelumnya yang bukan Pustakawan.
Jika ‘penyakit’ Pustakawan ini begitu banyak dan berat, sedangkan kita bekerja sendiri, kita tidak punya pilihan selain ‘merepotkan’ pimpinan untuk menanyakan skala prioritas pekerjaan kita. Yang mana duluan? Kurang lebih demikian. Kurang dari enam bulan, ada beberapa ‘penyakit’ yang Pustakawan Mendunia temukan bercokol di perpustakaan tempat bekerja:
- Listing & Sharing
- Procurement
- Promotion
- Evaluation
1. Listing & Sharing
Ada tiga ‘penyakit’ perpustakaan dalam kategori ini: Library Collection Weeding, Unregistered Collection, Unrecorded Library Borrowing Transaction. Pertama, ada banyak sekali buku kurikulum lama, yang berusia lebih dari 10 tahun, dan mereka semua ada di ruang khusus teacher resources. Betul-betul ‘makan’ tempat, semuanya tidak terdaftar di dalam data koleksi perpustakaan, dan tidak ada lagi yang menggunakan buku-buku tersebut. Kedua, selain buku kurikulum lama ini, masih banyak buku-buku di perpustakaan yang belum terdaftar. Ketiga, karena bukunya belum terdaftar, staf perpustakaannya akhirnya tidak memiliki catatan siapa meminjam buku apa. Siapa saja bisa membawa buku perpustakaan begitu saja tanpa ada catatan. Intinya: kacau.
2. Procurement
Perpustakaan harus memiliki strategi dalam pembelanjaan buku. Apa saja buku-buku yang harus dibeli mengikuti standar kurikulum sekolah? Mengingat sekolah tempat Pustakawan Mendunia bekerja menggunakan kurikulum International Baccalaurate (IB), Pustakawan Mendunia harus memahami apa saja Unit of Inquiry yang ada di PYP, bagaimana pembelajaran di MYP/DP, buku-buku apa saja yang dibutuhkan subject pelajaran spesifik, misalnya seperti Theory of Knowledge (ToK). Apa saja nationality / kewarganegaraan siswa kami juga perlu dicatat dan dicek, apakah perpustakaan sudah memiliki buku-buku dalam mother tongue para siswa?
3. Promotion
Ketika kita menjumpai perpustakaan yang minim desain visual menarik atau sumpek, lantas apa yang kita lakukan? Apakah cuma mengeluh? Tentu tidak. Pustakawan Mendunia berusaha mengupgrade desain visual perpustakaan agar lebih menarik. Beberapa hal yang bisa ditingkatkan adalah: Library themes/posters designs, Library Information Wall, Library Signages, Library Services Introduction (Video Recording).
Baca juga: 4 Tips Ampuh Membuat Tema Kreatif untuk Perpustakaan Kita
4. Evaluation
Pustakawan Mendunia juga mengajukan kepada pimpinan agar sekolah membuat library users survey/feedback. Karena survei itulah yang nantinya akan menjadi modal bagi Pustakawan Mendunia untuk melakukan perubahan. Ternyata budaya bekerja di sekolah Pustakawan Mendunia di Jakarta sangatlah berbeda. Perubahan dan upgrade perpustakaan sangat didukung, bahkan sebelum Pustakawan Mendunia mengajukan usul untuk membuat survei kepada para siswa. Sungguh luar biasa.
Yang Mana Duluan?
Setelah mendiagnosis ‘penyakit’ perpustakaan ini, barulah Pustakawan Mendunia menemui pimpinan dan menanyakan mana duluan yang perlu dikerjakan? Yang segera mendesak adalah merapikan data perpustakaan dan menyiangi/membuang koleksi perpustakaan yang sudah uzur dan tidak digunakan lagi. Itu pekerjaan yang cukup berat karena volume bukunya sangatlah banyak. Pustakawan Mendunia bertanya kepada pimpinan, meminta izin untuk meminta bantuan siswa membantu proses upgrade perpustakaan dalam program Creativity, Action, Service. (Baca juga: Creativity, Action, Service (CAS) Library)
Pustakawan Mendunia juga segera mendapatkan izin untuk menyiapkan daftar belanja buku, dan memperoleh rekomendasi buku ToK dari pengajar subjectnya. Untuk library promotion, Pustakawan Mendunia mendapatkan restu dari pimpinan untuk merepotkan tim marketing sekolah membuat library procedure video untuk tingkat SD (Primary Years Programme) dan SMP/SMA (Middle Years Programme/Diploma Programme).
Dengan mendiagnosis penyakit perpustakaan, akan menyadarkan pimpinan bahwa bekerja sebagai Pustakawan itu bukan magabut. Pimpinan juga tidak perlu mengkhawatirkan apakah si Pustakawan benar bekerja atau malah sibuk download video drakor Korea. Karena sesungguhnya, Pustakawan Mendunia benar-benar sibuk. Bukan hanya mengerjakan program kerja di tahun ajaran berjalan, tapi juga ‘mengobati penyakit’ bawaan dari perpustakaan yang sebelumnya terlantar.
Oleh karena itu, ke mana Pustakawan Mendunia bekerja, silakan bisa dicek ke rekan satu tim, apakah betul Pustakawan Mendunia sungguh bekerja atau berleha-leha santai? Pustakawan Mendunia bekerja bukan karena takut kepada boss, tapi memang memiliki integritas untuk mengoptimalkan perpustakaan sebagai sarana strategis untuk meningkatkan minat baca di komunitas sekolah.
Jika ada yang bertanya, apa yang kita kerjakan di Perpustakaan? Mungkin mereka belum paham pemetaan cara berpikir dan tugas kita. Segera lakukan diagnosis penyakit perpustakaanmu, bagilah dengan atasan dan rekan kerja kita. Niscaya mereka akan lebih respect dengan tugas-tugas kita. Selamat mencoba.