You are currently viewing 8 Tips Mengelola Sesi Perpustakaan (Library Session) yang Asyik dan Kreatif di Sekolah

8 Tips Mengelola Sesi Perpustakaan (Library Session) yang Asyik dan Kreatif di Sekolah

Pernahkah Pegiat Literasi mendengar istilah Sesi Perpustakaan / Library Session di sekolah?

Tahukah Pegiat Literasi bahwa di dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP), dinyatakan adalah wajib bagi SD/SMP/SMA untuk memiliki program wajib kunjung perpustakaan sekurang-kurangnya satu jam pelajaran/kelas/minggu? Program wajib kunjung perpustakaan inilah yang biasa disebut dengan Sesi Perpustakaan / Library Session di sekolah.

Pegiat Literasi dapat membaca pembahasan SNP pada post kami sebelumnya 5 Tips Sukses Bekerja Pertama Kali Jadi Pustakawan. Lalu mungkin ada yang bertanya apa bedanya Sesi Perpustakaan (Library Session) ini dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)?

Jika GLS merupakan gerakan wajib (hanya) membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, Sesi Perpustakaan menawarkan sebuah wadah asyik dan kreatif untuk anak-anak kita di sekolah.

Apa itu Sesi Perpustakaan (Library Session) di Sekolah?

Sesi Perpustakaan Diberikan Sedini Mungkin, Mulai dari TK
Sesi Perpustakaan Sebaiknya Diberikan Sedini Mungkin, Mulai dari TK

Tidak semua sekolah memahami bahwa perlu dijadwalkan satu sesi untuk anak-anak berkunjung ke perpustakaan. Kemudian, apa yang akan dilakukan mereka saat datang ke perpustakaan?

Mungkin jawaban Pegiat Literasi pada umumnya adalah : membaca atau meminjam buku.

Betul, Pegiat Literasi dapat meminta anak untuk membaca. Namun, apa yang terjadi jika anak-anak ini tidak suka membaca dan gagal paham, untuk apa saya membaca, memang apa serunya membaca?

Di sini saatnya Pustakawan Mendunia menggunakan kesempatan untuk mengenalkan kepada anak-anak bahwa perpustakaan dan buku-bukunya asyik, menarik, bermanfaat, bisa membawa kamu pergi jauh mengelilingi dunia.

Program ini sangat baik jika bisa dilaksanakan sedini mungkin, bahkan mulai dari TK. Pustakawan Mendunia pernah melakukan program ini selama 5 tahun di sekolah Kabupaten Mimika, Propinsi Papua dan saat ini di sekolah Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau. Terbukti, bukan hanya minat baca anak-anak tapi juga banyak prestasi sampai tingkat nasional pernah diraih sekolah dengan berhasilnya Sesi Perpustakaan dan Klub Perpustakaan kami di sekolah. (Baca juga: Serunya Klub Perpustakaan Kita).

Lalu bagaimana cara menyusun kegiatan apa yang akan kita lakukan di sesi perpustakaan ini? Berikut 8 tips mengelola sesi perpustakaan yang asyik dan kreatif.

  1. Pelajari Kurikulum Sekolah
  2. Melihat Kekuatan Koleksi Buku Perpustakaan Sekolah
  3. Gunakan Fasilitas yang Ada dan Alam Sekitar Kita
  4. Melihat Kebutuhan Literasi Anak
  5. Berani Bereksperimen dan Libatkan Anak
  6. Bermain dengan Tema dan Perayaan di Perpustakaan
  7. Dokumentasi Kegiatan Sesi Perpustakaan
  8. Menjadi Role Model yang Juga Gemar Membaca

1. Pelajari Kurikulum Sekolah

Peraturan dan Perundang-Undangan Perpustakaan di Indonesia
Berbagai Macam Bahan Bacaan yang Digunakan sebagai Sumber Belajar Pustakawan Mendunia

Pustakawan Mendunia pernah bekerja menggunakan dua pendekatan kurikulum sekolah sebagai dasar melaksanakan kegiatan di sesi perpustakaan, yaitu :

  1. Kurikulum 2013
    • Pegiat Literasi perlu melihat keseluruhan kurikulum (tergantung level Sekolah Dasar/Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Atas/Kejuruan), khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Lihatlah di materi apa Perpustakaan dapat masuk dan menyokong pembelajaran seperti: puisi, pantun, apresiasi penulis, perbedaan biografi dan otobiografi, perbedaan buku fiksi dan non-fiksi, menulis ulasan/review buku.
  2. International education – International Baccalaureate®
    • Setiap Unit of Inquiry (UOI) memiliki topik yang berbeda, dan lihatlah di mana sesi perpustakaan bisa masuk sesuai dengan unitnya. Misalnya saat membahasa topik tentang imigrasi, Pegiat Literasi bisa menjelaskan kegunaan peta, siapa yang membuatnya, dan perkembangan teknologi membuat peta saat ini. Begitu juga saat topik tentang rumah, Pegiat Literasi bisa mendongeng mengenai hewan yang memiliki rumah (siput) dan bagaimana membuat kandang siput, bagi yang ingin memelihara siput.

Itu hanyalah sebagian kecil contoh kegiatan yang biasa dilakukan Pustakawan Mendunia di sesi perpustakaan. Mungkin kemudian Pegiat Literasi bertanya, memangnya saya bisa ‘mengajar’ anak-anak? Saya kan bukan guru.

Jadilah proaktif dan rajinlah bertanya kepada guru, koordinator kurikulum, dan kepala sekolah. Pustakawan Mendunia juga bukan guru, dan tidak memiliki latar belakang pendidikan di dunia mengajar. Untuk kemajuan literasi anak-anak kita, kita harus punya greget terus belajar.

Mulai dari 0, Pustakawan Mendunia akhirnya dapat mengelola sesi perpustakaan sampai bisa membuat Rancangan Pelaksanaan Pengajaran (RPP) sepanjang tahun ajaran. Pegiat Literasi juga pasti bisa 🙂

2. Melihat Kekuatan Koleksi Buku Perpustakaan Sekolah

Anak-anak Tetap Merasa Asyik Membaca di Tengah Keterbatasan Ruang dan Ragam Buku Perpustakaan
Anak-anak Tetap Merasa Asyik Membaca di Tengah Keterbatasan Ruang dan Ragam Buku Perpustakaan. Ini Wujud Perpustakaan Kami saat Pustakawan Mendunia Baru Tiba untuk Bekerja di SD SMP Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, Tahun 2013

Kita melihat kenyataan, tidak semua perpustakaan memiliki banyak pilihan buku bacaan. Kebanyakan hanyalah buku pelajaran kurikulum 2013 kiriman pemerintah. Saatnya bernegosisasi dengan Kepala Sekolah.

Pegiat Literasi memiliki dasar hukum untuk melaksanakan pengadaan buku yaitu : Permendikbud No 1 Tahun 2018 tentang BOS, sebanyak 20% dari alokasi Dana BOS selama satu tahun. Buku yang dibelanjakan juga bukan hanya berupa buku pelajaran tapi juga buku bacaan, referensi, pengayaan, langganan majalah.

File bisa diunduh di sini:

Semakin banyak ragam koleksi perpustakaan akan mempermudah Pegiat Literasi melakukan eksperimen pada sesi perpustakaan yang akan dilaksanakan.

Misalnya sekolah yang berdasarkan keagamaan tertentu, perlu memiliki buku cerita kisah nabi-nabi dalam kitab suci. Jika perpustakaan sudah memiliki buku-buku ini, tentu akan memudahkan bagi Pegiat Literasi untuk membuat aktivitas sesi perpustakaan. Beberapa contoh yang pernah dilakukan: mendongeng, membuat role play dari kisah nabi, atau membuat hasta karya pembatas buku dengan menggunakan ayat kitab suci.

3. Gunakan Fasilitas yang Ada dan Alam Sekitar Kita

Anak Membuat Hasta Karya Rapunzel Menggunakan Rumput
Novian Membuat Hasta Karya Rapunzel Menggunakan Rumput

Lihat kembali apa saja fasilitas yang dimiliki sekolah. Apakah ada televisi, in focus / proyektor, laptop / komputer / tablet, gitar, maracas, radio, boneka tangan, mesin laminating, akses internet? Bagaimana dengan peralatan hasta karya seperti kertas dengan ragam ukuran (A0, A1, A2, A3, A4), kertas lipat, lem, cat poster, pensil warna, crayon? Atau justru alam di sekitar bisa kita gunakan seperti rumput, batu, dan pasir?

Kadang fasilitas memang tidak bisa kita paksakan harus ada, segera dan hari ini. Tapi, lihatlah apa yang kita punya dan gunakan fasilitas itu. Pustakawan Mendunia pernah mendongeng kisah Rapunzel kepada anak-anak, menonton filmnya, dan akhirnya membuat hasta karya Rapunzel terbuat dari rumput kering. Jangan lupakan bahwa alam bisa menjadi alat bantu kreatifitas kita.

4. Melihat Kebutuhan Literasi Anak

Anak-anak Belajar Mengenal Judul Buku dan Nama Pengarang
Nus, Pamela, dan Agustus Belajar Mengenal Judul Buku dan Nama Pengarang

Jika Pegiat Literasi sudah mempelajari kurikulum yang digunakan di sekolah, melihat kekuatan koleksi buku perpustakaan, dan menyadari apa fasilitas yang ada di sekolah dan alam di sekitar, saatnya menuju langkah yang MAHA PENTING, yaitu : melihat kebutuhan literasi anak.

Banyak orang melihat kurikulum hanya sebagai target, apa pun itu sepanjang unit / target buku tema K-2013 selesai. Inilah awal kegagalan pendidikan kita, terlebih jika Pegiat Literasi membawa perspektif ini ke dalam sesi perpustakaan yang dilaksanakan.

Pustakawan Mendunia sangat bersyukur memiliki kesempatan bekerja selama 5 tahun di sekolah dasar Kabupaten Mimika, Propinsi Papua. Fasilitas yang serba terbatas di Papua membuat Pustakawan Mendunia peka bahwa tidak selamanya apa yang ‘dipaksa’ untuk diberikan kurikulum ternyata ada dalam skala kebutuhan urgent / prioritas dan dapat diterima oleh anak-anak.

Misalnya, bagaimana kita mampu menjelaskan kepada anak-anak kelas 2 SD di Papua bahwa buku itu ada terbagi dalam kedua kategori fiksi dan non-fiksi, jika mereka tidak tahu ada orang yang menulis buku tersebut. Anak-anak sempat berpikir bahwa Pustakawan Mendunialah yang membuat buku-buku ada di perpustakaan.

Maka yang pertama mereka perlu tahu adalah, siapa itu pengarang, apa itu judul buku, dan bagaimana buku itu bisa sampai ada di perpustakaan mereka di sekolah di Kabupaten Mimika, Propinsi Papua.

Sebaliknya, saat ini Pustakawan Mendunia bekerja di perpustakaan SD di Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau, tidak lagi relevan untuk menjelaskan hal yang tadi diajarkan ke anak kelas 2 SD di Papua. Topik ini sudah diberikan ke anak-anak K-2 Early Childhood Center (ECC) atau Taman Kanak-Kanak (TK).

Materi yang akan diberikan ke anak kelas 2 SD di IB School Batam adalah bagaimana cara membuat buku, menunjukkan berbagai macam jenis buku, dan memberikan profil penulis favorit mereka. Ini disesuaikan dengan unit pembelajaran mereka, dan tugas akhir unit mereka adalah membuat buku.

5. Berani Bereksperimen dan Libatkan Anak

Bertukar Pembatas Buku dengan Siswa dari Sekolah di India
Bertukar Pembatas Buku dengan Siswa dari Sekolah di India

Beranilah mencoba. Mungkin awalnya Pegiat Literasi akan merasa kurang percaya diri, janggal, dan bingung. Jangan khawatir. Jika Pegiat Literasi sudah merencanakan sesi perpustakaan sebelumnya, niscaya pelaksanaannya akan berjalan lancar.

Lihatlah reaksi / feedback dari anak-anak selama sesi. Apakah mereka antusias dan tertarik dengan sesi yang Pegiat Literasi buat? Apakah ritmenya terlalu cepat, atau justru terlalu lambat? Tanyakan pendapat anak-anak, berikan kesempatan bagi mereka yang ingin bertanya dan mau lebih tahu lagi tentang topik yang diberikan

Jika Pegiat Literasi memperoleh pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, atau justru pertanyaan itu di luar topik yang diberikan, tetaplah mengapresiasi / memuji anak tersebut. Anak yang berani bertanya, sekonyol apapun pertanyaan dia, jangan justru ditertawakan. Harus kita berikan senyum mendukung.

Pegiat Literasi kemudian dapat mengarahkan anak untuk membaca buku yang dapat menjawab pertanyaan tersebut, atau menjanjikan untuk membahasnya di sesi berikutnya. Jangan khawatir jika sedikit ada kemungkinan Pegiat Literasi akan melenceng dari topik besar yang sudah disiapkan.

Di situlah asyiknya sesi perpustakaan, sangat fleksibel.

Jika memang diperlukan, bereksperimenlah dengan air, hujan, pasir, mainkan gitar, lakukan menari, menyanyi, mewarnai. Jangan khawatir, Pegiat Literasi. Kita ini bukan guru yang terikat dengan target kurikulum 2013 yang harus dikebut selesai dalam 2 bulan. Target kita hanya satu : anak menikmati sesi perpustakaan sehingga muncul rasa gemar membaca dan cinta bahan bacaan.

Target luar biasa ini tidak dapat dikejar ngebut hanya dalam satu tahun tapi sepanjang dan dalam seluruh proses sesi perpustakaan yang ada, mulai dari kelas terkecil sampai yang terbesar.

6. Bermain dengan Tema/Perayaan di Perpustakaan

The Witches
Mendengarkan kisah The Witches (Reading Aloud) dilanjutkan dengan sesi menonton filmnya

Ini adalah tips paling mudah untuk melaksanakan kegiatan sesi perpustakaan: sesuaikan dengan tema / perayaan bulan ini di perpustakaan. Misalnya jika tema bulan Oktober adalah “Halloween”, Pustakawan Mendunia menyiapkan kegiatan pada sesi perpustakaan berupa :

  • Menaklukkan dunia, dengan pergi keluar angkasa. Kami menonton film yang dibuat dari buku “Ms. Frizzle and The Magic School Bus, Gets Lost in Space.”
  • Membaca lantang buku cerita “The Witches” untuk kelas 2 dan 3
  • Menonton film “The Witches” untuk kelas 2 dan 3
  • Mengapresiasi Mary Shelley, penulis buku “Frankenstein” untuk kelas 4 dan 5 melalui : menonton video singkat profil penulis buku, diskusi, mempromosikan buku biografi Mary Shelley
  • Membaca graphic novel “Frankenstein” untuk kelas 4 dan 5
  • Menonton film “Frankenstein” versi pertama di tahun 1931, khusus untuk anggota Library Club
  • Menghias perpustakaan dengan tema Halloween
  • Memilih dan memajang buku khusus dengan tema “Trick or Read” tentang misteri dan keberanian.

Pegiat Literasi bisa mencari inspirasi tulisan Pustakawan sebelumnya di Hari Bersejarah & Penting Literasi dan Perpustakaan di Indonesia.

7. Dokumentasi Kegiatan Sesi Perpustakaan

Pustakawan Mendunia Mengajak Anak-anak Mendongeng Sambil Bernyanyi
Pustakawan Mendunia Mengajak Anak-anak Mendongeng Sambil Bernyanyi

Ingatlah untuk mendokumentasikan kegiatan sesi perpustakaan yang sudah pernah dilakukan. Dokumentasi sangat penting karena akan menjadi bukti apa saja kegiatan/program yang pernah Pegiat Literasi lakukan dalam sesi perpustakaan.

Ini juga sekaligus menjadi catatan untuk target ajar, apa saja yang sudah pernah diberikan tahun lalu, dan apa yang masih belum dilakukan sebagai evaluasi sesi perpustakaan. Rajinlah untuk membagikan dokumentasi kegiatan untuk orang-orang di sekitar. Supaya dapat menjadi inspirasi bagi para Pegiat Literasi lainnya.

8. Menjadi Role Model yang Juga Gemar Membaca

Menjadi Pustakawan yang Gemar Membaca
Menjadi Pustakawan yang Gemar Membaca

Apa yang akan Pegiat Literasi lakukan di dalam sesi perpustakaan tentu akan menjadi sia-sia jika diri sendiri tidak gemar membaca. Bagaimana mau meyakinkan anak-anak bahwa membaca buku itu menyenangkan jika Pegiat Literasi tidak membaca?

Pustakawan Mendunia biasa membuka sesi perpustakaan dengan bertanya kepada anak-anak, “Apa yang kamu baca minggu ini?” Pustakawan Mendunia juga menantang anak-anak untuk bertanya kembali. Jika Pustakawan Mendunia tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena tidak membaca buku, si anak yang bertanya akan memperoleh hadiah.

Pegiat Literasi yang senang membaca tentu akan menjadi contoh nyata bagi anak-anak. Pegiat Literasi bukan hadir sebagai tim keamanan yang memastikan bahwa setiap anak sekadar meminjam buku atau terpaksa membaca tapi tidak menikmatinya.

Sesi Perpustakaan Sekolah yang Ideal

Cerianya Anak-Anak yang Melakukan Role Play Setelah Membaca Kisah Angsa Emas
Cerianya Anak-Anak yang Melakukan Role Play Setelah Membaca Kisah Angsa Emas

Kedelapan tips ini adalah strategi yang dilakukan Pustakawan Mendunia dalam menyusun kegiatan sesi perpustakaan yang kreatif, menarik, bermanfaat menumbuhkan minat baca dan rasa ingin tahu anak-anak.

Bayangkanlah jika Pegiat Literasi adalah seorang anak, maukah Anda duduk terpaksa di perpustakaan dan sekadar menunggu kapan sesi perpustakaan ini berakhir? Jika Pegiat Literasi saja merasa bosan untuk bisa duduk tenang dan berada di Perpustakaan, terlebih anak-anak.

Menjadi sebuah kepuasan tersendiri ketika Pegiat Literasi nantinya bisa menikmati anak-anak yang menatap dengan seru, mendengar penjelasan tentang materi di sesi perpustakaan, penuh tanya-jawab diskusi tentang topik yang dibahas, dan keinginan anak untuk mencari dan membaca buku yang membahas topik tersebut. Sampai tiba akhirnya waktu sesi perpustakaan berakhir dan anak-anak mengeluh, “Yahhh, kok sudah habis waktunya, Miss.”

Selamat mencoba.

1 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments