You are currently viewing Belajar Mengelola Perpustakaan Zaman Now

Belajar Mengelola Perpustakaan Zaman Now

Sekarang ini kita sering mendengar istilah “Zaman Now” menjadi hits di tengah masyarakat. Lalu kira-kira jika kita berefleksi pada dunia literasi dan perpustakaan, apakah yang dimaksud dengan Perpustakaan Zaman Now?

Apakah mengelola Perpustakaan Zaman Now berarti kita memiliki teknologi tercanggih atau memiliki jumlah buku / media informasi terbanyak di dunia?

5 Prinsip Ilmu Perpustakaan

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, mari kita coba pahami prinsip / 5 dasar ilmu perpustakaan (laws of library science) yang dicanangkan oleh S. R. Ranganathan :

  1. Books are for use, buku ada untuk digunakan
  2. Every person his or her book, setiap orang / pengguna layanan perpustakaan memiliki kebutuhan informasi yang unik
  3. Every book its reader, setiap buku yang ada di Perpustakaan memiliki pembacanya
  4. Save time of the reader, setiap orang / pengguna layanan perpustakaan harus dapat menemukan informasi / buku yang dibutuhkan dengan cepat dan efektif
  5. Library is a growing organism, perpustakaan adalah sebuah organisasi yang terus berkembang

Berdasarkan lima prinsip ini, banyak perpustakaan yang terjebak dan berhenti di konsep pertama, “Books are for use”. Seakan-akan jika memiliki atau membeli buku, Perpustakaan sudah selesai mengerjakan tugasnya. Atau sebaliknya, karena merasa tidak memiliki budget, Perpustakaan justru loyo dan merasa tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa.

Books are for Use

Buku ada untuk digunakan. Apalah artinya 5000 eksemplar buku/media ada di Perpustakaan jika tidak ada yang menggunakannya. Tantangan kita Pegiat Literasi adalah bagaimana mengusahakan secara kreatif agar pengguna layanan perpustakaan menyadari :

  1. Di mana perpustakaan berada
  2. Layanan apa yang Perpustakaan sediakan
  3. Perpustakaan bukan gudang tempat menyimpan buku-buku lama tapi merupakan tempat berkegiatan kreatif yang menghasilkan ide dan memberikan inspirasi

Every Person His or Her Book

Setiap orang / pengguna layanan perpustakaan memiliki kebutuhan informasi yang unik. Bagaimana cara kita Pegiat Literasi mengetahuinya? Kita bisa lakukan survei kebutuhan informasi pengguna secara tertulis atau lisan.

Jika seorang pengguna layanan perpustakaan menanyakan sebuah buku dan ternyata Perpustakaan tidak memilikinya, jangan kemudian berhenti di sana. Aktiflah bertanya kebutuhan informasi si pengguna layanan perpustakaan, dan catatlah kebutuhannya. Informasi ini dapat digunakan untuk rencana usulan pengadaan buku di anggaran tahun depan jika dirasa perlu.

Every Book Its Reader

Ibarat jodoh, setiap buku yang ada di perpustakaan memiliki pembacanya. Oleh karena itu, perlu bagi Pegiat Literasi untuk memajang buku-buku tertentu di lemari pajang perpustakaan pada waktu tertentu. Alangkah baiknya jika buku-buku yang dipajang tersebut memiliki tema khusus, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu pengguna layanan perpustakaan.

Save Time of The Reader

Tidak ada yang lebih memusingkan daripada koleksi perpustakaan yang berantakan. Terlebih ketika pengguna layanan perpustakaan tidak menemukan buku yang dia cari. Lalu bagaimana cara mengelola koleksi perpustakaan kita?

Pegiat Literasi dapat menyortir buku dan meletakkannya di rak berdasarkan subyek / topik buku tersebut.

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sebuah jawaban untuk klasifikasi buku yang berlaku secara internasional. Tapi apakah semua perpustakaan di Indonesia memerlukan klasifikasi dengan penomoran ini, yang mungkin sedikit rumit untuk dipelajari?

Jika koleksi buku Pegiat Literasi berjumlah kurang dari 5000 eksemplar, kita dapat menggunakan klasifikasi sederhana yang dibuat sendiri (menggunakan warna) atau menggunakan DDC versi sederhana (untuk non-fiksi) :

000 Karya Umum, Ilmu Komputer, Direktori,

100 Filsafat, Psikologi

200 Agama

300 Ilmu Sosial, Sosiologi, Antropologi, Statistik, Ilmu Politik, Ekonomi, Hukum, Masalah Sosial, Layanan Publik, Pendidikan, Komunikasi, Transportasi, Cerita Rakyat, Etiket

400 Bahasa, Kamus

500 Sains (Murni), Matematika, Astronomi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumi, Geologi, Fosil, Biologi, Ilmu Tumbuhan (Botani), Satwa (Fauna)

600 Teknologi, Pengobatan, Kesehatan, Teknik, Pertanian, Tata Boga, Resep Masakan, Manajemen, Hubungan Masyarakat, Teknik Kimia, Industri / Pabrik

700 Seni, Olahraga, Arsitektur, Seni Pahat, Keramik, Desain Grafis, Melukis, Percetakan, Fotografi, Film, Video, Musik, Games (permainan)

800 Kesusastraan

900 Sejarah, Geografi, Biografi

Sedangkan untuk buku fiksi (buku cerita / novel), koleksi buku dapat disusun berdasarkan nama pengarang.

Jika koleksi buku / media di Perpustakaan sudah mencapai 5000 eksemplar, akan sangat memudahkan jika Pegiat Literasi menggunakan sistem otomasi perpustakaan. Rekomendasi yang saat ini mudah digunakan yaitu Senayan Library Management System (SLiMS) yang dibuat oleh kakak alumni Ilmu Perpustakaan UI kebanggaan kami, Bang Arie Nugraha dan Bang Hendro Wicaksono.

Pegiat Literasi juga dapat menggunakan Integrated Library System (Inlis) dari Perpustakaan Nasional. Kedua program ini gratis, dapat diunduh, dan diinstal sendiri oleh Pegiat Literasi.

Menjadi Pustakawan Zaman Now

Pustakawan Mendunia Sempat Blusukan Bekerja selama 5 Tahun di SD SMP di Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, Indonesia

Jika kita menganalisis kelima prinsip ilmu perpustakaan yang kita bahas di atas, terlihat bahwa unsur ‘manusia’ sebagai pengelola perpustakaan sangatlah memegang peranan utama.

Pernah seorang teman menanyakan kira-kira pertanyaan apa yang bisa digunakan untuk mewawancarai calon pustakawan untuk bekerja di sekolahnya di Papua. Pertanyaan “Apakah Anda memahami DDC?” bukan merupakan pertanyaan krusial untuk diberikan kepada calon pustakawan yang bekerja di daerah terpencil atau tidak mudah seperti Papua.

Saat ini lulusan Ilmu Perpustakaan kebanyakan berpusat di kota besar, dan termasuk langka melihat lulusan sarjana Ilmu Perpustakaan ada yang ‘nyasar’ ke blusukan kampung. Sulit jika kita mengharapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bukan lulusan Ilmu Perpustakaan namun paham mengenai ‘pakem’ kelima prinsip ilmu perpustakaan dari S. R. Ranganathan ini.

Oleh karena itu, Pustakawan Mendunia hadir untuk Pegiat Literasi, dengan semangat / passion bahwa kita harus :

  • Terus belajar. Hanya melalui belajar kita bisa mengembangkan kemampuan dan mengetahui inovasi baru terkait perpustakaan / taman bacaan.
  • Kreatif. Uang tidak selamanya menjadi masalah buntu. Selalu ada jalan keluar jika ada kemauan.
  • Mengajarkan Nilai Kebaikan. Keberadaan perpustakaan perlu untuk mengingatkan pengguna layanan perpustakaan, bahwa pengetahuan yang sudah diperoleh seharusnya dapat memberikan manfaat dan berkat bagi orang lain.

Kami hadir berbagi ide, inspirasi, dan pengalaman untuk mewujudkan mimpi Perpustakaan Zaman Now. Pegiat Literasi bisa membaca terkait tulisan kami di Pustakawan Mendunia dengan tag :

Pustakawan Terus Belajar

Pustakawan Kreatif

Pustakawan Mengajarkan Nilai Kebaikan

Selamat membaca dan bereksperimen! Untuk belajar lagi mengenai apa saja yang harus Pegiat Literasi siapkan pertama kali saat bekerja mengelola perpustakaan dapat ditemukan pada 5 Tips Sukses Bekerja Pertama Kali Menjadi Pustakawan.

Kami tunggu umpan balik / feedback dari Pegiat Literasi. Salam Pustakawan Mendunia 🙂

4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments